Website ini didesain oleh UKM2ONLINE.com, buat website kamu sekarang Mulai
Bahan Ajar Sekolah Alkitab: HOMILETIKA – ILMU BERKOTBAH
Video dapat dilihat disini: https://youtu.be/O0CHruh7QeY
I. Pendahuluan
Memberitakan Firman Allah adalah suatu kesempatan yang berharga bahkan mulia. Hal yang dipercayakan kepada manusia termasuk kita yang sudah mengaku menerima jabatan Parhalado, tentu sudah menjadi tanggungjawab kita memberitakan Firman Allah dengan sungguh-sungguh dan sebaik mungkin yang kita lakukan.
Kalau kita mengamati suatu khotbah, tingkat berhasilnya bergantung pada dua faktor utama yaitu:
Bagaimana pengkhotbah menyiapkan serta menyusun materi khotbahnya dan bagaimana pengkhotbah menyampaikan khotbahnya. Oleh karena itu untuk menghasilkan khotbah yang mengesankan, persiapannya harus meliputi: memilih nats, menyediakan ide-ide khotbah, struktur tata bahasa, suara dan gerakan tubuh.
Bagi saudara yang tidak memiliki latarbelakang pendidikan teologi, harus aktif belajar sendiri dan sebaiknya berlatih untuk berkelanjutan. Tentunya demi meningkatkan kemampuan menyiapkan khotbah serta perlu dibimbing dan dievaluasi oleh seorang mentor yang terlatih dalam pelatihan khotbah.
1. Istilah
A. Istilah Homiletika berasal dari dua kata Bahasa Yunani yakni: Homilia dan
Homilia artinya Khotbah, pidato,ceramah; sedangkan tekhne artinya Tehnik. Jadi Homiletika adalah keterampilan dan ilmu pengetahuan perihal berkhotbah, berpidato, berceramah; atau lebih jelasnya sebuah pelajaran yang memadukan seni dan metode untuk menyampaikan Firman Allah secara baik dan benar. Memberitakan Firman Allah adalah suatu seni mengkomunikasikan kebenaran ilahi melalui kepribadian manusia, sehingga seorang pemberita Firman Allah pada intinya adalah seorang komunikator antara Allah dan manusia.
Berdasarkan pengertian inilah muncul istilah berkhotbah yakni memberitakan khabar kesukaan yang berdasarkan Alkitab yang dilakukan oleh seorang manusia dan ditujukan kepada sesamanya manusia juga. Walaupun secara teologis berkhotbah itu adalah suatu karunia rohani dari Roh Kudus namun bisa dipelajari dan bisa dilatih.
B. Pengkhotbah adalah seseorang yang dikhususkan Allah untuk melakukan pemberitaan FirmanNya (Injil atau Berita Kesukaan) di mana dia menerima kebenaran dari Allah dan menyampaikan kebenaran itu kepada sesamanya. Ia berbuat bersama-sama dengan Allah oleh karena manusia dan berbuat bersama-sama manusia oleh karena Allah. Seorang pengkhotbah kiranya jangan merasa seperti mesin otomatis yang sesudah di stater langsung berbicara di depan sesamanya. Ia haruslah seorang yang penuh kesungguhan -“harus baik penuh dengan Roh kudus dan Iman.” Kehidupan dan khotbah sepert itu akan menyebabkan sejumlah orang dibawa kepada TUHAN (Kis Rasul 11:24). Dengan demikian pengkhotbah harus mempersiapkan dirinya untuk menggumuli Firman Allah yang akan dikhotbahkannya, mempersiapkan bahan khotbah yang akan disampaikan kepada para pendengarnya; bahkan sebelum dia menyampaikan khotbahnya dia sendiri harus menjadi pendengar yang pertama.
C. Beberapa langkah mempersiapkan khotbah:
1. Memilih nats dari Alkitab.
Sebelum persiapan membuat khotbah, yang lebih dahulu dilakukan adalah menentukan nats Alkitab sebagai dasar khotbah. Apakah satu ayat atau lebih atau satu perikope, sebagaimana tadi dikatakan bahwa khotbah itu adalah Firman Allah.
Berikut adalah tata cara memilih nats Alkitab:
1.1. Dimulai dengan berdoa. Kita memohon pimpinan Roh Kudus agar Dia yang memberi hikmat kepada kita menemukan nats yang akan kita olah menjadi bahan khotbah. Di sini hubungan kita sebagai pengkhotbah dengan Tuhan yang mempunyai Firman itu akan menolong kita menemukan kepekaan akan kehendakNya. Kita melibatkan Allah karena firman yang akan kita gumuli dan taburkan nantinya berasal dari Allah.
1.2. Menyelidiki nats yang sudah ditentukan; di sini hubungan kita dengan pengalaman akan menghidupkan pemberitaannya.
1.3. Dengan menyesuaikan kepada kebutuhan pendengar; hubungan kita dengan sesama akan menjadikan khotbah yang mem-bumi.
1.4. Memperhatikan satu kesatuan nas yang logis dan praktis.
- Perhatikan nats itu dalam konteks (konteks dekat dan konteks jauh)
- Perhatikan latar belakang sejarah Alkitab
- Gunakan metode penafsiran induktif bukan deduktif
2. Membuat tema khotbah.
Setelah menemukan nats, bacalah nats itu secara berulang-ulang, kemudian ringkaslah nats tersebut menjadi satu kalimat. Kalimat hasil ringkasan inilah yang disebut tema khotbah. Tema yang dipilih dengan bijaksana banyak sangkut pautnya dengan timbulnya minat terhadap suatu khotbah.
Beberapa saran umum yang dapat dipakai sebagai pedoman di dalam hal itu :
1.1 Tema harus sudah dikenal dengan seksama. Maksudnya pokok itu haruslah dikuasai seterang- terangnya oleh si pengkhotbah.
1.2. Dengan waktu, tempat dan keadaanUsahakan memilih tema yang mudah dipahami oleh para pendengarnya.
1.3. Janganlah memilih tema yang kurang berisi, harus bermutu tinggi. Misalnya Mahkota duri (kurang berisi) sedangkan Kristus yang bermahkota duri (berisi dan bermutu).
1.4. Usahakan supaya tema itu mempunyai titik tujuan yang tertentu, arahkan khotbah itu ke suatu titik tujuan jangan mengembara dan berputar-putar.
1.5. Hendaklah tema itu sesuai dengan waktu, tempat dan keadaan. Misalnya kalau hari Paskah tema khotbah adalah tentang Kebangkitan Kristus.
1.6. Tujuan: Klimaks khotbah erat sekali berhubungan dengan tujuan.
Pada umumnya terdapat 4 tujuan dalam khotbah :
a) Tujuan P I.
Khotbah ini merupakan kesaksian tentang tindakan-tindakan penyelamatan oleh Tuhan Yesus Kristus.
b) Tujuan Pembangunan Rohani.
Khotbah ini harus membangun jemaat dalam pengertian tentang hal- hal rohani.Dengan pemberitaan yang teratur, lambat laun jemaat akan memperoleh pengertian yang
mendalam tentang Kerajaan Allah ( K.Rasul 1:3 )
c) Tujuan dogmatik.
d) Tujuan Etika.
3. Membuat pokok besar.
Pokok besar adalah bagian-bagian nats yang akan dibuat dalam bentuk ringkasan yang disesuaikan dengan tema khotbah.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam membuat pokok besar:
1.1. Suatu kata atau kalimat pendek.
Suatu kata atau kalimat yang mudah dimengerti dan relevan. Kreatif dan bersumber dari bagian- bagian nats. Setiap pokok besar harus dicantumkan asal idenya, atau kutipan ayat dari nas.
1.2. Membuat pokok kecil.
Maksudnya adalah menjelaskan pokok-pokok besar dengan dukungan nats dan unsur-unsur sesuai tema khotbah.
Pokok kecil biasanya terdiri dari empat bagian yakni:
a) Menjelaskan
Pokok kecil menjelaskan pokok besar dengan ide-ide yang didapatkan dari “kata“, “frasa“ atau “ayat”. Jika ada kata yang memerlukan arti atau defenisi, harus dijelaskan menurut Kamus atau
Ensiklopedia.
b) Menguraikan
Pokok kecil menguraikan pokok besar dengan dukungan ayat terdekat, konteks terdekat. Untuk ini bisa dipergunakan Buku Tafsiran, praktis, riil, relevan.
c) Menggambarkan ( Illustrasi}
Pokok kecil menggambarkan Pok0k Besar dalam bentuk nyata/riil. Dalam hal ini dapat dipakai illustrasi.
d) Dalam pokok kecil harus diberi contoh penerapan, yang bisa dpraktekan dalam kehidupan sehari- hari. Penerapan harus bersifat spesifik, praktis, riel, relevan.
4. Membuat Kesimpulan atau Penutup:
Kesimpulan atau penutup khotbah adalah rangkuman dari seluruh khotbah yang telah disampaikan oleh sebab itu kesimpulan jangan memasukkan ide yang baru lagi. Setiap khotbah yang disusun secara teratur, harus berakhir dengan jelas. Akhir atau penutup itu sangat penting sebab menentukan kuasa berita dalam khotbah.
Ingatlah beberapa hal di bawah ini:
1.1. Amin sebelum diharapkan. Pengkhotbah seyogianya menutup dengan amin sebelum jemaat mengharapkannya.
1.2. Tutup khotbah dengan kesimpulan.
1.3. Arah. Kesimpulan atau penutup sebaiknyalah memberikan arah yang jelas, sebab khotbah yang mempunyai isi yang baik dapat dirusak oleh kesimpulan/penutup yang tidak terarah
dengan jelas.
Jenis-Jenis Khotbah :
Adapun khotbah dapat dikategorikan dalam beberapa jenis, yaitu:
A. Khotbah Ekspositori
Khotbah ekspositori adalah suatu khotbah di mana suatu bagian Alkitab yang pendek atau panjang di artikan dalam hubungan satu tema. Bagian yang terbesar materi diambil langsung
dari nats Alkitab tersebut dan kerangkanya terdiri dari serangkaian ide yang diuraikan secara bertahap dan berpangkal pada suatu ide yang utama.
Prinsip-prinsip dasar dalam persiapan kerangka khotbah ekspositori:
1). Setiap bagian Alkitab yang akan diselediki harus dipelajari dengan seksama supaya artinya di mengerti dan pokoknya di ketahui.
2) Kata atau ungkapan yang penuh arti dalam teks bisa menjadi petunjuk untuk kerangka khotbah.
3) Periksalah latar belakang sejarah dan kebudayaan dari teks tersebut.
4) Perhatikan konteksnya agar tidak salah dalam penafsiran.
5) Seluk-beluk teks harus digarap dengan semestinya.
6) Kebenaran yang terdapat dalam teks harus dihubungkan dengan masa sekarang.
B. Khotbah Tekstual
Khotbah tekstual adalah suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diperoleh dari satu teks yang terdiri atas satu bagian Alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai sebagai suatu garis saran dan teks memberikan tema khotbah itu.
Sewaktu kita mempelajari defenisi ini, maka jelaslah bahwa dalam khotbah tekstual garis-garis utama pengembangannya di ambil dari teks itu sendiri. Dengan cara ini kerangka utama tetap berada dalam batas-batas teks tersebut. Teks bisa saja terdiri hanya satu baris dari satu ayat, atau bisa seluruh ayat atau bahkan dua atau tiga ayat. Para pengarang buku homiletika tidak menetapkan dengan pasti panjangnya nas yang dapat dugunakan untuk khotbah tekstual. Akan tetapi, untuk tujuan kita, teks untuk kerangka tekstual akan kita batasi maksimum tiga ayat.
C. Khotbah Topikal
Khotbah topikal adalah suatu khotbah yang kerangka utamanya diambil dari topic/temanya yang lepas dari teks.
Perhatikanlah defenisi ini dengan seksama. Bagian yang pertama menyatakan bahwa bagian-bagian utama di ambil dari pokok itu sendiri. Ini berarti khotbah topic mulai dengan satu topik atau tema dan bagian-bagian utama khotbah itu terdiri atas ide-ide yang terbit dari pokok pembicaraan itu.
Khotbah topikal mulai dari suatu topik atau tema dan kerangka utama khotbah itu terdiri dari ide-ide dari tema pembicaraan. Khotbah ini tidak menggunakan satu teks sebagai dasar pemberitaannya tetapi berasal dari berbagai sumber teks, khotbah ini memiliki satu tema dan kerangka-kerangka khotbah hanya untuk menguraikan tema tersebut. Setiap kerangka harus tertuju dan mendukung tema tersebut. Apabila kerangka khotbah tidak dibatasi untuk menguraikan dan memperjelas tema khotbah maka khotbah topikal akan melebar menjadi khotbah yang sering kali membuat si pengkhotbah tidak cukup waktu dan kehilangan sasaran yang dibagikan kepada jemaat. Hal ini berakibat si pendengar tidak memahami apa-apa yang menjadi inti dari isi khotbah tersebut.
Khotbah topical bertujuan untuk menyajikan sebuah topic yang khusus pada jemaat. Sebagai contoh, mungkin ia mengambil sebuah pokok bahasa mengenai pembenaran, lalu pertama-tama ia akan mencari segala sesuatu yang di katakan Alkitab atas pokok persoalan yang memikat ini. Kemudian ia memikat semua refrensi dari Alkitab dan buah-buah pikiran yang didapatkan kedalam sebuah format yang tersusun dengan rapi. Kemudian mengembangkan temanya dengan sepenuh dan setepat mungkin. Tujuannya adalah menceritakan kepada pendengarnya segala sesuatu yang harus ketahui mengenai pokok bahasan yang penting. Tentu saja, tidak mungkin dapat melakukannya dalam satu kali khotbah akan menyiapkan satu sering khotbah atau pengajaran mengenai pokok bahasan yang sama. Hal ini akan memberikan lebih lengkap terhadap topic tersebut.
D. Khotbah Biografi
Khotbah biografi adalah kisah seseorang, metode ini mempelajari hidup dari beberapa tokoh yang kita temukan dalam Alkitab. Setiap biografi yang dicatat dalam Alkitab memiliki arti yang penting untuk diajarkan pada kita. Tokoh Alkitab sangat memikat dan menarik untuk dibaca dan pelajarilah setiap bagian dalam kehidupannya yang terdapat dalam Alkitab dan buatlah catatan jika ada terlintas dalam pikiran.
Khotbah biografi adalah kisah seseorang, metode ini mempelajari hidup dari beberapa tokoh yang kita temukan dalam Alkitab. Setiap biografi yang dicatat dalam Alkitab memiliki arti yang penting untuk diajarkan pada kita. Tokoh Alkitab sangat memikat dan menarik untuk dibaca dan pelajarilah setiap bagian dalam kehidupannya yang terdapat dalam Alkitab dan buatlah catatan jika ada terlintas dalam pikiran.
Mengambil seorang tokoh dalam Alkitab lalu membahas dan menarik pelajaran dan teladan darinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkhotbah biografi yaitu :
1) Pelajari kelahiran dari pribadi orang tersebut.
2) Pertimbangkan lingkungan dimana dia dibesarkan.
3) Pusatkan dalam pemebntukkan Allah dalam
kehidupannya.
4) Bagaimana reaksinya terhadap pembentukkan tersebut.
5) Apa yang dipelajari dalam pembentukkan tersebut.
6) Jika dia berhasil, apa yang membuat orang itu berhasil.
7) Apa yang kita pelajari dari kehidupannya.
E. Khotbah Analitis
Khotbah analitis mengambil suatu tema tertentu dan kita harus menyelidiki dan menganalisis topic tersebut, contohnya, tema hidup, manajemen menurut Alkitab. Tipe khotbah secara analitis ini berkaitan dengan analisa yang mendetail dan menarik kebenaran sebanyak-banyaknya mengenai sebuah subyek. Dari kebenaran ini dapat diajarkan pokok yang mendasar.
F. Khotbah Analogis
Khotbah analogis yaitu berkhotbah dengan cara mengajarkan kebenaran dari kasus paralel. Contohnya: tema tentang kesatuan, dapat dijelaskan dengan hubungan Kristus dan jemaat. Tema menjadi saksi Kristus diterangkan dengan menjadi garam dunia.
Sebagai isi Alkitab di tulis dalam bentuk analogi. Suatu bentuk yang mengajar kebenaran lewat sebuah kasus. Para penulis sering menggunakan sebuah subyek alamiah untuk mengajarkan kebenaran rohani. Hal ini mempaparkan dan membandingkan hal-hal yang berfungsi sama.
G. Khotbah Tipikal
Khotbah tipikal adalah khotbah dengan mengambil suatu perumpamaan tertentu atau membahas sesuatu di dalam Perjanjian Lama yang merupakan gambaran dalam perjanjian baru. Contoh : kemah suci atau tabernakel.
Hal –hal yang harus diperhatikan dalam khotbah tipikal adalah :
1) Mulai dengan tipe-tipe sederhana dimana maksud dan pengertiannya sangat jelas.
2) Jangan sekali-kali menafsirkan setiap perincian yang kecil dari tipe itu.
3) Usahakan tetap senantiasa berada dalam garis besar kebenaran yang luas.
4) Hindari untuk tidak menjadi dogmatic sehubungan apa yang diajarkan.
5) Jangan sekali-kali mendasarkan suatu doktrin dari pengajaran tipe ini.
6) Tetaplah terbuka dalam koreksi orang lain yang lebih dewasa rohaninya.
Leave A Comment