hkbpkebayoran - Gereja menjadi berkat

"Terus Melaju Untuk Indonesia Maju" Kemerdekaan Kristen ialah kebebasan hidup sebagai hamba Allah (1 Pet.2:11-17)


Admin 989 x dilihat Aug 16, 2023

Renungan.

Tema: Ulangtahun kemerdekaan Indonesia ke-78

TERUS MELAJU UNTUK INDONESIA MAJU

Kemerdekaan Kristen ialah kebebasan hidup sebagai hamba Allah

(1 Pet.2:11-17)

Pendahuluan

Di dalam logo ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke -78 ada tujuh makna di logo ulang tahun kemerdekaan RI ke-78 ini, yakni semangat estafet, terus melaju, tanggung jawab bersama atau aksi kolektif, berlandaskan Pancasila, gotong royong,  bergerak maju, dan menuju Indonesia maju. Semangat estafet ditujukan di angka tujuh.Sedangkan nilai Pancasila ditunjukan dari lima garis  yang membentuk angka delapan. Kemudian, angka delapan yang digambarkan saling menyambung juga menunjukkan makna keberlanjutan serta globalisasi. Selanjutnya, di angka tujuh yang membentuk arah panah ke atas yang berarti terus maju. Garis grafis yang melengkapi logo juga bermakna terus melaju serta gotong-royong.”Di angka 7, tongkat estafetnya melaju ke angka 8, artinya tujuan bersama , tanggung jawab bersama. Lalu,elemen grafis selalu menumpuk untuk merepresentasikan semangat gotong-royong.

Indonesia sudah terbentuk, namun masih perlu dibentuk. Indonesia sudah merdeka 78 tahun, namun masih dalam proses menjadi dan maju. Proses mengisi kemerdekaan ini adalah tugas kita semua, sebab kita semua adalah pemilik Indonesia. Nama sebutan Indonesia diciptakan oleh dua etnologi Inggris, George Windsor Earl dan James  Logan pada tahubn 1850 dalam Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia terbitan London.. Sebutan itu diambil dari bahasa Yunani Indos(artinya Hindia) dan nesos(artinya kepulauan). Nama Indos, Indus, Indie, atau Hindia dipakai untuk menyebut kebinekaan etnik penduduk di gugusan kepulauan yang kini adalah Indonesia.

17 Agustus 1945, Bung Soekarno dan Bung Hatta sebagai proklamator kita, memproklmasikan kemerdekaan Indonesia. Kita telah 78 tahun merdeka untuk itu apa yang kita lakukan kita sebagai orang Kristen sekaligus sebagai warga negara Indonesia?

Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita. Tanah air Pasti jaya Untuk selama-lamanya. Lagu yang diciptakan oleh Liberty manik. Mengingatkan kita bersama untuk mensyukuri Kemerdekaan R.I.yang ke-78. Indonesia sudah 78 tahun merdeka berarti Indonesia sudah terbentuk 78 tahun, namun masih perlu dibentuk. Indonesia sudah jadi, namun masih dalam proses menjadi. Oleh sebab itu, kita terus mengindonesia. Proses panjang penjadian keindonesiaan adalah tugas kita semua, sebab kita semua adalah pemilik Indonesia. Itulah makna kebinekaan. Kita berbeda tetapi kita setara. Kita bagaikan satu rumah yang didiami orang yang bermacam-macam.  Tampaknya ada yang gini, ada yang gitu. Ngomongnya bahasa ini dan itu. Kebiasaannya aneh-aneh. Kesukaannya beda-beda. Adatnya lain-lain. Keyakinannya rupa-rupa. Akan tetapi, kita yang serbabeda ini tinggal di satu rumah yang sama. Kita penghuni rumah yang satu ini.. Rumah ini bernama Indonesia. Kita sama-sama adalah warga dari satu negera yang sama. Punya falsafah yang sama. Punya cita-cita yang sama yaitu masyarakat adil dan  makmur. Tinggal bersama di satu rumah tidak gampang. Perkara sepele bisa cekcok. Padahal jiwa yang sehat mencari kedamaian. Oleh sebab itu, tiap penghuni punya andil merawat hubungan tenggang rasa dan kerja sama.Tanpa menunggu pihak lain, pihak kita mulai berusaha hidup damai. Tertulis,”Dari pihakmu, berusahalah sedapat mungkin untuk hidup damai dengan semua orang”(Rm.12:18,BMK). Kita di Indonesia mempunyai agama-agama yang berbeda. Semua agama atau ideology mengertikan cara hidup yang baik menurut versinya masing-masing, sebagai jalan dan cara untuk memperoleh keselamatan, kesempurnaan. Bagi orang Yahudi, percaya berkat usaha cara hidup yang baik, yakni dengan menaati dan mengerjakan Hukum Taurat dengan segala kekuatan mereka mendirikan kerajaan Mesias. Tetapi bagi orang Krsiten, bukan kita yang lebih dahulu mencari Allah dengan cara hidup yang baik. Tuhan Allahlah yang duluan memanggil kita kepada KerajaanNya sehingga kita bisa berprilaku yang baik. Hal inilah yang dikatakan Yesus,”Bukan kamu yang memilih Aku, Akulah yang memilih kamu”.( Yoh. 15:16; 1 Yohn 4:10). Ketaatan kepada panggilan itulah yang menjadi pokok etika bagi kita   Jika kita hidup dengan cara yang baik sebagai umat Allah yang dipanggil-Nya, karena Dia kudus, itu berarti bahwa kita menaati panggilan-Nya. Tuhan tidak mau berdiam di dalam diri orang yang perilaku bercacat, yang pikiran, hati dan pekerjaannya jahat. Karena Tuhan itu kudus. Dia mau agar baik tubuh dan hidup dengan cara hidup yang baik, Perilaku hidup dalam terang sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. ( 1 Pet.1:20).

  1. Cara hidup di dunia ini (ayat 11-12)

Mereka dinamakan “pendatang dan perantau”, satu sebutan sosiologis, yang menonjolkan kepribadian orang Kristen yang berorientasi eskatologis. Tujuan 1 Petrus adalah membentangkan bagaimana orang Kristen sebagai pendatang dan perantau di dunia ini mesti bersikap terhadap masyarakat sekelilingnya. Jawaban yang diberikan adalah, bahwa mereka mesti ikut serta secara penuh bertanggungjawab pada kehidupannya di dunia ini namun tujuan hidup mereka ada di sorga, dan hukum sorgawi adalah yang tertinggi bagi mereka. Karena orang Kristen adalah pendatang dan pengembara di dunia ini, mereka mesti menahan diri terhadap sifat-sifat duniawi agar mereka menjadi kudus ( 1Tess.4:3; 1 Pet.1:14). Hawa nafsu dan kemauan daging adalah sifat-sifat sebelum pertobatan, yang mungkin selalu terbawa –bawa hingga sesudah dalam kekristenan (bd.4:2). Orang Kristen hendaknya memiliki cara hidup yang baik di tengah-tengah orang yang belum mengenal Kristus. Mereka mesti pandai menempatkan diri mereka serta berperangai yang baik di tengah-tengah masyarakat yang sekuler (3:1 dst) Mereka mesti kudus, berbeda dari orang kafir yang dipenuhi oleh nafsu keinginan untuk menjadi besar di dalam dirinya sendiri (1:14;2:11;4:3). Inilah sebabnya kenapa mereka mesti menunjukkan satu cara hidup yang baik. Tujuan yang paling penting bukanlah hanya untuk membela diri, tetapi juga agar orang kafir itu mengenal Allah di dalam Yesus Kristus. Kata ‘baik’ yang dipakai di sini bukan kata ‘agathos’, melainkan ‘kalos’ karena bukan hanya kualitasnya yang baik yang perlu, tetapi kualitasnya mesti baik, serta indah dan memikat orang lain untuk melihat.  Jadi orang Kristen mesti membuat hidupnya indah sekali, menarik dan berkualitas pada kelakuan supaya dapat menarik balik orang yang membencinya menjadi  pengamatan ini orang bisa mengenal Allah yang menyelamatkan orang Kristen itu.

  1. Kelakuan yang baik dalam masyarakat (ayat 13-15)

Kita bisa dengan sukacita menuruti perintah Tuhan dan menunjukkan perbuatan-perbuatan baik selama kita hidup di dunia ini, apabila ada pengharapan yang memotivasi kita untuk hidup demikian ( 1 Pet 1:13 dst.) Kelakuan baik semacam ini hendaknya dinyatakan dalam hal menerima perintah-perintah semua lembaga manusia(ciptaan manusia, yaitu Negara dan pemerintah) dengan taat. Dalam hal ini menarik perhatian, bahwa besar kemungkinan Petrus mengarang suratnya di zaman Nero, tapi ia masih beranggapan bahwa Negara adalah masyarakat yang ditetapkan oleh Allah untuk mempertahankan nilai-niali kesusilaan, yang di dalamnya kejujuran seorang Kristen dapat meninggikannya di atas segala fitnah atau kecurigaan orang-orang yang tidak tahu apa-apa. Orang Kristen harus memberikan kepada Kaisar yang patut diberikan kepadanya. Petrus pun mengetahui dengan baik apa artinya menolak Kaisar kalau ia menuntut sesuatu yang menjadi milik Allah ( Kis 4:19, 20; 5: 29), tapi dalam ayat ini ia tidak menekankan kewajiban yang semacam itu. Kalau kepada orang Kristen dilemparkan tuduhan-tuduhan yang tidak benar, maka orang Kristen harus berbuat baik dan lebih baik lagi, agar orang tahu bahwa tuduhan itu benar-benar tidak benar.

  1. Kemerdekaan orang Kristen (ayat 16 )

Kemerdekaan Kristen ialah kebebasan hidup sebagai hamba Allah, melakukan apa yang Allah kehendaki, bukannya keleluasaan untuk berbuat sekehendak sendiri sambil menuruti hawa nafsu yang berdosa dengan alasan bahwa hal itu ‘diperkenankan’. Bebas tetapi taat. Kebebasan tanpa ketaatan adalah perbudakan hawa nafsu, sedangkan ketaatan tanpa kebebasan adalah penindasan. Tanggung jawab adalah kedua-duanya. Ketaatan di dalam kebebasan, dan kebebasan di dalam ketaatan. Itulah manusia sebenarnya.Bebas! Kristus sudah memerdekakan kita! Tetapi itu tidak berarti kita lalu sekarang dapat berbuat semau kita, mentang-mentang kita sudah bebas. Tidak! Dietrich Bonhoeffer dengan sangat indah dan sangat tepat mengatakan, bahwa ada kaitan yang amat erat antara kebebasan dan ketaatan. Bahwa kebebasan dan ketaatan itu adalah ibarat dua muka dari satu mata uang. Yang satu tidak dapat ada tanpa yang lain. Dan alangkah benarnya. Ketaatan tanpa kebebasan adalah perbudakan. Benar, bukan ? Tetapi, kebebasan saja tanpa ketaatan, di samping kesewenang-wenangan, sebanarnya juga adalah perbudakan. Perbudakan oleh hawa nafsunya.

Pada hal dalam Galatia 5 :22-23 salah satu buah roh adalah penguasaan diri, control diri. Karena itu indah sekali Rasul paulus menulis dalam 1 Korintus 9:19,’Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba semua orang supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.” Roh Kudus, bebaskan dan murnikan kami”. Artinya, hidup dalam kebebasan, tetapi juga hidup dalam kemurnian. Tidak hanya hidup dikendalikan hawa nafsu kita.

  1. Pedoman hidup di dalam masyarakat (ayat 17)

Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah     raja! Kemanfaatan praktis dari hidup bebas dan taat dilukiskan secara garis besar dalam empat perintah singkat yang berikut. Hendakanya semua orang dihormati, dihormati sebab   Kristus telah mati untuk mereka dan peta Allah dapat dipulihkan di dalam mereka.Pada pihak lain ada hubungan kasih yang khusus di dalam persaudaraan Kristen. Takut akan Allah, berarti mendekati Allah hendaknya dengan pemujaan dan terhadap raja dengan penuh hormat. Ayat 2 ini mengutif Amsal 24:21, tapi Petrus tidak mau memakai kata yang sama untuk perhubungan kita dengan Allah maupun dengan Kaisar, seperti yang dilakukan oleh pengarang Amsal. Kesediaan kita untuk menderita melakukan yang baik adalah pertanda hidup yang kudus. Jadi intinya nampak pada apa yang dikatakan dalam 1 Pet. 2:20-21,”…

Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Meninggalkan teladan, supaya kita mengikuti jejak-Nya? Teladan apa? Bersedia menderita, berarti menderita untuk melakukan yang baik dan yang benar.

Renungan :

Motivasi kita melakukan yang baik, karena Allah telah memilih kita menjadi bangsa/umat-Nya. Sikap yang baik bukan hanya dalam arti kualitas, namun harus menjadi daya pikat kepada masyarakat, agar mereka mengenal Allah yang mengasihi dunia ini. Peringatan ulang tahun kemerdekaaan ke-78 tahun bangsa kita Indonesia, mendorong seluruh orang Kristen melakukan yang baik dalam rangka misi kita di dunia ini, kita diberkati untuk menjadi berkat. Roh Kudus yang menuntun dan menolong kita untuk mampu tetap hidup dalam sikap yang baik, Karena dalam hidup kita dilahirkan hidup kasih, damai, sukacita, kesabaran, kemurahan, yang dikerjakan melalui penyerahan hidup pada Tuhan.

8 Agustus 2023

Pdt.Luhut P. Hutajulu

 

 

Leave A Comment

hubungi kami